Hari Pendidikan Nasional
yang diperingati tiap 2 Mei selalu mengingatkan bangsa Indonesia jika membangun
pendidikan nasional adalah amanat konstitusi.
Ketua
Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) DPP PKS Fahmy Alaydroes menegaskan Pasal 31
ayat 3 UUD 1945 jelas mengamanatkan pemerintah untuk menyelenggarakan sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Fahmy
melanjutkan saat ini pendidikan nasional yang formal terwujud dan bentuk
sekolah. Sekolah di Indonesia, papar Fahmy, saat ini terdiri dari 50 juta siswa
dan 2,6 juta guru.
"Sistem
ini merupakan sistem pendidikan terbesar ketiga di Asia dan bahkan terbesar
keempat di dunia di belakang China, India dan Amerika Serikat," kata Fahmy
di Gedung DPP PKS Jln TB Simatupang, Jakarta, Senin (2/5/2016).
Hanya
saja, Fahmy mencatat, sampai kini sistem pendidikan nasional belum menemukan
bentuknya yang efektif. Masih banyak masalah dan kekurangan.
Ia
merinci kurikulum Pendidikan Nasional belum mewujud dengan baik, masih rumit
dan ruwet. Sampai kini, Kurikulum Pendidikan Nasional masih belum jelas dan
ajeg. Padahal, ujarnya, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.
"Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana
bentuk kehidupan," tegas Fahmy.
Selanjutnya
faktor guru yang paling menentukan dalam hal baik atau tidaknya proses
pendidikan, juga sarat masalah. Rata-rata kemampuan guru masih buruk. Hasil Uji
Kompetensi Guru tahun 2015 menunjuk angka rata-rata 5,5. "Bagaimana mereka
dapat mengajar dengan baik, kalau kompetensinya selemah itu?" ujar dia.
Kurikulum
yang masih belum jelas dan kemampuam guru yang lemah tentu saja akan melahirkan
wajah buram potret pendidikan nasional. Fahmy mencontohkan saat ini peringkat
kemampuan sains, matematika dan membaca anak-anak Indonesia berada pada
peringkat 10 terburuk di antara 76 negara di dunia. "Sebagaimana yang diukur
oleh Organizational of Economic Country Development," ujar dia.
Melihat
fakta dan realita Pendidikan Nasional kini, Fahmy mendorong pemerintah segera
mengambil langkah taktis.
Pertama,
merumuskan dan mendeklarasikan visi pembangunan Pendidikan Nasional yang
berkelanjutan, setidaknya sampai 20 tahun ke depan. "Catatannya harus
melibatkan semua stakeholders, dan menjadikannya visi bersama," ungkap
Fahmy memberi solusi.
Kedua,
menjadikan guru sebagai pilar utama peningkatan mutu pendidikan nasional. Caranya,
memastikan ketersediaaan dan kebersediaan tenaga pendidik handal dan
berintegritas. "Yang paling penting menjamin kehidupan dan kesejahteraan
mereka," ungkap Solusi.
Ketiga,
membangun kurikulum berjangka panjang dan berkelanjutan berlandaskan filsafat
pembangun manusia Indonesia berdasarkan Agama, Pancasila, UUD 1945 sehingga
terhindar dari kebijakan yang sporadis dan politis.
Keempat
menghidupkan, mendukung dan memfasilitasi terbentuknya komunitas dan gerakan
pendidikan di tengah masyarakat. Menjadikan mereka sebagai mitra pemerintah
dalam usaha memajukan sistem pendidikan nasional.
"Terakhir
mengendalikan dan melakukan pembinaan kepada seluruh media dan siaran televisi
untuk mendukung terwujudnya sistem pendidikan nasional," ujar Fahmy.
Meski
masih menyisakan masalah, Fahmy meminta seluruh elemen masyarakat bahu membahu
mewujudkan gerakan pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. "Dan
akhirnya selamat Hari Pendidikan Nasional mari mendidik bangsa untuk menjadi
bangsa yang bermartabat dan berdaulat," tukas dia .