Jakarta (23/9) – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI
Iskan Qolba Lubis berharap persoalan banjir bandang dan longsor yang
melanda kawasan kabupaten Garut dan Sumedang, dapat ditangani secara
serius. Sebab, hingga Kamis (22/9), jumlah korban meninggal tercatat
sebanyak 26 orang, hilang 18 orang, dan luka-luka sebanyak 433 orang.
Oleh karena itu, Iskan meminta lembaga-lembaga tanggap darurat
seperti Badan SAR Nasional (BASARNAS) dan BPBD, juga TNI/Polri dapat
berkoordinasi dengan Pemprov Jawa Barat untuk mengevakuasi korban
secara cepat dan tepat.
“Pemerintah provinsi harus memastikan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Jabar dan Badan SAR Nasional (Basarnas) berkordinasi untuk
mendirikan posko dan memberikan bantuan segera kepada korban,” jelas
Iskan di Jakarta, Jumat (23/9).
Bertambahnya jumlah korban meninggal, menurut Iskan mengindikasikan
perlunya terus dilakukan pencarian korban yang belum ditemukan.
“Perlu terus diintensifkan dalam mencari korban baik yang masih hidup
maupun yang sudah tewas, karena berdasarkan laporan banjir dan longsor
yang terjadi di kedua kabupaten itu termasuk besar,” jelas Legislator
PKS ini.
Sementara terkait dana bantuan bencana, Iskan berharap prosesnya
tidak dipersulit dalam hal pencairan. Sehingga, hal itu dapat segera
disalurkan kepada korban bencana alam.
Iskan menambahkan, Komisi VIII dan pemerintah telah menyiapkan dana taktis (on call) yang berada di Kementerian Keuangan, dan dapat digunakan kapan pun jika terjadi bencana besar.
"Dalam pencarian dana, kalau perlu pemda mampu jemput bola dalam
permohonan pencairan dana tanggap bencana, sehingga bisa segera
disalurkan bagi ribuan pengungsi banjir bandang di Garut dan Sumedang.
Selain itu, perlu juga segera dikordinasikan penyaluran dana bantuan
yang datang dari masyarkat,” kata Iskan.
Sedikitnya, menurut Koordinator Humas dan Protokoler BASARNAS
Provinsi Jawa Barat, Joshua Banjarnahor, terdapat 26 orang meninggal
akibat bencana banjir bandang dan longsor, dimana 18 di antaranya
perempuan dan 8 (delapan) laki-laki.
Banjir bandang dan longsor dipicu hujan intensitas tinggi sejak
Selasa (20/9), pukul 19.00 WIB. Curah hujan tinggi menyebabkan debit
Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri naik secara cepat. Saat ini sebagaian
banjir sudah surut. Meskipun demikian, menurut BNPB, bencana ini
menunjukkan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di hulu Sungai Cimanuk
sudah rusak dan kritis. [pks.id]