1. Natal ini, terkenang ujaran Allahu yarham KH Abdullah Wasi'an (kristolog Jogja -red); "Saudara-saudaraku Nashara terkasih, beda antara kita tidaklah banyak."
2. Wasi'an: "Kalian mengimani Musa, juga 'Isa. Kamipun sama. Tambahkanlah satu nama; Muhammad. Maka sungguh kita tiada beda."
3. Wasi'an: "Kalian imani Taurat, Zabur, & Injil. Kamipun demikian.
Tambahkan Al Quran, maka sungguh kita satu tak terpisahkan."
4. Sungguh adanya kerahiban jadikan kalian lembut hati & dekat pada
kami; sementara Yahudi & musyrik musuh terkeras kita. (QS 5: 82).
5. Tapi mungkin memang sudah tabiat 'aqidah, satu sama lain tak rela
jika kita tak serupa dalam agama secara sepenuhnya. (QS 2: 120).
6. Bagaimanapun, selama kita tak saling memerangi & usir-mengusir
tersebab iman, tak terlarang kita saling berkebajikan. (QS 60: 8).
7. Maka inilah kita mencari titik singgung iman demi kebersamaan; itulah
pengakuan ke-Ilahi-an Allah tanpa persekutuan. (QS 3: 64).
8. Tetapi kami insyafi sepenuhnya, yakin di dada tak bisa dipaksakan.
Kami hormati segala nan tak bisa dipertemukan. (QS 109: 6).
9. Dalam keberbedaan itu, izinkan kami tetap mencintai 'Isa &
Maryam, meski kami tak bisa memohon kalian mentakjubi Muhammad.
10. Izinkan jua kami, membaca dengan berkaca-kaca betapa indah Surat
dalam Quran yang berjudul Maryam. Gadis tersuci sepanjang zaman.
11. Najasyi Habasyah & Uskup-uskupnya, juga para Patriarkh Najran
menitikkan airmata, dibacakan Surat Maryam. Berkenankah kalian jua?
12. Ini sungguh bukti bahwa Allah, Nabi, & Al Quran kami mengajarkan
pemuliaan nan mengharukan pada Maryam & 'Isa yang tiada duanya.
13. Termuliakanlah 'Isa dengan penciptaan & kelahiran nan ajaib yang
bagi kami begitu agung sebagaimana penciptaan Adam. (QS 3: 59).
14. Termulialah 'Isa nan bicara dalam buaian. Salam sejahtera baginya di
saat lahir, kelak diwafatkan, & nantinya dibangkitkan. (QS 19: 33)
15. Saudara Nasrani terkasih; kami mencintai 'Isa, Nabi & RasulNya.
Ruh & kalimatNya, yang ditiup-tumbuhkan dalam rahim suci Maryam.
16. #Natal ini, kalian rayakan kelahiran 'Isa yang agung; tapi bagi kami
tanggal 25 Desembernya agak membuat terkerut dahi bertanya-tanya.
17. Sebab Maryam nan sungguh berat ujiannya itu bersalin di saat kurma
masak penuh tandannya. Kemungkinan itu Maret, bukan Desember.
18. Maafkan jika menyinggung hati, tapi sungguh telah ditulis para
Sejarawan, 25 Des itu hari kelahiran Janus & Mitra, Dewa Matahari.
19. Sungguhpun ingin rasanya syukuri lahirnya Rasul Ulul 'Azmi nan teguh
hati; 'Isa, agak tak nyaman hati kami dengan hari pagan ini.
20. Sayangnya, hampir seluruh gereja sudah menyepakatinya, sampai
seorang Sejarawan memelesetkan 'Son of God' sebagai 'Sun of God'.
21. Itulah awal-awal yang membuat kami berat hati untuk ucapkan Salam
Natal. Ini harinya Janus & Mitra. Bukan harinya 'Isa, kawan
terkasih.
22. Tentu tradisi ribuan tahun dengan salju & cemara, pohon
sesembahan pagan Eropa itu tak bisa kami paksa untuk diubahkan
seenaknya.
23. Tinggal kini, dalam hasrat hati tuk membalas penghormatan yang
kalian berikan di 'Idul Fitri & Adhha, kami kan simak para 'ulama.
24. Sungguh, agama ini memerintahkan untuk membalas tiap pemuliaan
dengan penghargaan yang lebih baik, minimal senilainya. (QS 4: 86)
25. Yang disepakati para 'ulama atas keharamannya adalah keterlibatan
dalam segala yang bernilai ritual & ibadah. Pun jua Fatwa MUI.
26. Jika keterlibatan dalam kegiatan Natal nan bersifat ibadah &
ritual disepakati haramnya, para 'ulama ikhtilaf pada soal ucapan
selamat.
27. Yang membolehi selamat Natal al Dr. Musthafa Az Zarqa, Dr. Yusuf Al
Qaradlawy; menyebut tahniah tak terkait dengan ridha atas 'aqidah.
28. Tahniah Natal, kata keduanya; bisa menjadi da'wah sebagaimana
Ibrahim bicara tentang tertuhannya bintang, bulan, mentari. (QS 6:
77-83)
29. Oh iya, QS 6: 77-83 TIDAK berkisah tentang 'Ibrahim Mencari Tuhan',
tapi 'Ibrahim Berda'wah', demikian ditegaskan Al Qurthuby.
30. Maka tahni-ah Natal yang diikuti komunikasi intensif sebagaimana
dilakukan Ibrahim pada penyembah bintang, bulan, mentari adalah indah.
31. Dr. Abdussattar memberi catatan kemubahan tahni-ah Natal ini dengan
kehati-hatian memilih diksi. Doa menuju hidayah lebih dianjurkan.
32. Adapun Al 'Utsaimin, Lajnah Fatwa KSA (Kerajaan Saudi Arabia), dll
cenderung mengharamkan tahni-ah Natal tersebab hal itu sama dengan
meridhai 'aqidah keliru.
33. Jadi ikhtilaf 'Ulama terkait tahni-ah Natal ini ada di ranah
pemaknaan kalimat ucapan tersebut. Masing-masingnya lalu mengajukan
dalil.
34. Ulamapun berfatwa sesuai konteks di seputarnya, tentu ada perbedaan
lingkungan sosial nan melatarbelakangi fatwa nan tak sama.
35. Lajnah Fatwa KSA & Al Utsaimin menjawab di negeri yang nyaris
tiada Nasrani. Al Qaradlawy&Az Zarqa berfatwa tuk masyarakat
majemuk.
36. Bagaimana sikap atas beda fatwa ucapan Natal? Kata Asy-Syafi'i, Al
Khuruj minal Ikhtilaafi Mustahabb: keluar dari selisih itu disukai.
37. Dengan jernih hati & mengukur kapasitas diri, kita bisa
mempertimbangkan kedua-duanya. Ada keadaan-keadaan yang harus dicermati.
38. Ikhtilaf ahli ilmu insyaaLlah menjadi kemudahan bagi kita untuk
beramal yang tak sekedar benar, melainkan juga tepat & cerdas.
39. Akan ada yang menghajatkan fatwa Al Qaradlawy & Az Zarqa, al; di
wilayah muslim minoritas, keluarga majemuk nan erat hubungan dll .
40. Akan ada juga yang hajatkan fatwa Al 'Utsaimin pada posisi
memelihara 'izzah agama. Misalnya Raja KSA sebagai Khadimul Haramain.
41. Kata Abu Hanifah; yang terpenting BUKAN mengamalkan pendapat kami
atau tidak. Melainkan mengetahui bagaimana kami menetapkannya.
42. Dan adalah dosa; mengatasnamakan 'ulama tuk haramkan sesuatu; padahal mereka tidak; cermati misalnya Fatwa MUI ini: http://media.isnet.org/antar/etc/NatalMUI1981.html
43. Mengamalkan atau tak mengamalkan; jauh lebih ringan dari soal
menghalalkan & mengharamkan; karena ia adalah haq Pembuat Syari'at.
44. Sebab itu; para 'Ulama mengistilahkan beda pendapat Fiqh dalam
dimensi SHAWAB (tepat) & KHATHA' (keliru), bukannya HAQ &
BATHIL.
45. Maka dengan ilmu memadai, mari beramal terbaik bagi iman kita pada
Allah, bagi misi kita sebagai ummat terbaik di tengah manusia.
46. Demikian bincang Natal. Semoga tak kecewa karena jawabnya tak satu.
Sebab Salim, terlalu bodoh untuk lancang mentarjih ikhtilaf Ulama;)
*sumber: http://www.donasidakwah.com/2011/12/kultwit-ustadz-salim-fillah-tentang.html?m=1
Posting Komentar