PKS Kota Cilegon

PKSCILEGON.ORG, DOHA, QATAR  -- Masyarakat di beberapa negara Arab tampaknya terbagi-bagi ketika dimintai pendapat tentang kredibilitas kantor berita nasional mereka. Demikian menurut hasil survei yang baru-baru ini dilakukan di wilayah tersebut.

Hasil awal dari survei yang dirilis pada Rabu saat sesi acara Forum Industri Media Qatar di Doha, menunjukkan bahwa mayoritas orang dewasa di Arab Saudi, Yordania dan Uni Emirat Arab percaya bahwa media mereka "kredibel".

Namun, di Mesir, Lebanon dan Tunisia, hanya seperempat dari mereka yang percaya akan kredibilitas media mereka. Demikian hasil survei dari hampir 10.000 orang dewasa yang dilakukan oleh Northwestern University di Qatar (NU-Q).

"Ini adalah fenomena yang sangat menarik di Lebanon, karena negeri ini dianggap sebagai negara yang ‘bebas dari tekanan’”, kata Everette Dennis, dekan dan CEO NU-Q dalam sebuah pernyataannya.

Selama empat bulan, peneliti dari Harris Interactive melakukan survey terhadap 9.693 orang dewasa di delapan negara Arab : Mesir, Qatar, Tunisia, Bahrain, Lebanon, Arab Saudi, Yordania, dan Uni Emirat Arab. Survey tersebut dalam upaya untuk menunjukkan bagaimana orang menggunakan media, terutama berita media, saat mengikuti "Arab Spring" yang dimulai pada 2011 lalu.

Kerry Hill, seorang direktur riset di Harris Interactive, menggambarkan survei tersebut sebagai "studi terbesar di wilayah ini yang dipublikasikan secara umum, tentang penggunaan media".


Kebebasan berekspresi

Penelitian ini menyoroti paradoks yang telah muncul: Mayoritas di sebagian besar negara yang disurvei mengatakan, setiap orang harus memiliki kebebasan untuk mengekspresikan pendapat mereka di internet, bahkan ketika pandangan ini kurang populer. Bahkan di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pun, mereka yang sepakat dengan pendapat itu mencapai angka yang begitu tinggi.

Namun pada saat yang sama, sekitar setengah dari responden juga mengatakan mereka mendukung regulasi yang lebih ketat dari internet di negara mereka. Dengan persentase agak lebih tinggi terjadi di Qatar, Lebanon, dan Arab Saudi.

Humphrey Taylor, ketua Harris Poll, mengatakan itu adalah "hal yang sangat umum saat menemukan jenis kontradiksi yang nyata". Pasalnya, di Amerika Serikat saja selama Perang Dingin, mayoritas besar mengatakan mereka mendukung prinsip kebebasan berbicara, namun pada saat yang sama keberatan terhadap pidato yang mendukung Komunisme.


Kesenjangan Kawasan Teluk

Data survei menyoroti kesenjangan besar antara negara-negara Teluk kaya dan negara-negara Arab yang kurang makmur di sebelah barat. Mayoritas warga di negara-negara Teluk memiliki akses internet. Berdasarkan survey itu, 9 dari 10 orang di Qatar dan Uni Emirat Arab memiliki akses internet. Tetapi hanya 46 persen yang terhubung di Yordania dan 22 persen di Mesir. (Yaman memiliki tingkat penetrasi internet paling rendah : sekitar 2 persen, menurut sebuah jajak pendapat Gallup 2011.)

Sementara itu, Mesir dan negara pulau kecil Bahrain, merupakan dua negara yang saling kontradiksi dalam hal kebiasaan media. Hill menggambarkan media massa di Mesir, dengan pengecualian TV, masih belum maju. Sedangkan Bahrain adalah konsumen yang “rakus” semua jenis media. Sebagian besar dari mereka mengatakan menggunakan situs media sosial dan membaca buku, majalah, serta surat kabar.
Ketika ditanya tentang sumber berita yang mereka konsumsi, sekitar seperempat dari mereka menjawab Al Jazeera, disusul oleh media massa asal Saudi Al Arabiya yaitu sebanyak 16 persen, dan situs jejaring sosial Facebook sebesar 10 persen.

Sementara itu Google menjadi sumber berita yang paling populer di wilayah Bahrain, Facebook di Tunisia, LBC di Lebanon, Al Hayat di Mesir, dan Al Arabiya di Arab Saudi. Al Jazeera berada di posisi teratas untuk wilayah Qatar, Uni Emirat Arab dan Yordania.

Sumber : Aljazeera

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
Gabung PKS Cilegon

Nama :
Pekerjaan :
Alamat Lengkap :