Pada kesempatan ini ikhwah sekalian, saya ingin menyampaikan 3 prinsip tentang cara kita keluar (dari situasi sulit).
PRINSIP YANG PERTAMA. “Jangan pernah kehilangan kegembiraan”.
Dalam situasi apapun kita harus menyimpan kegembiraan didalam hati kita
dan menyimpan sebuah bungker yang kuat diatasnya sehingga dibom sekuat
apapun kita tidak akan kehilangan kegembiraan. Kita bisa melewati
hari-hari yang sulit ini sambil tertawa. Karena musibah ini isyarat
Allah kalau kita akan naik kelas.
Didalam kaidah fiqih: al amru idza dhoqat tasaa’ wa idzat tasaa…… Urusan itu kalau menyempit dia meluas, kalau meluas dia menyempit.
Contohnya sholat, kalau kita dalam kota tidak boleh jama qashar. Karena
kita dalam keadaan ‘lapang’. Tapi kalau kita musafir, dalam kondisi
‘sempit’, kita mendapatkan begitu banyak ‘kelapangan’ rukhshoh,
kemudahan utk jama qasar. Itulah terapan dari kaidah ini. Urusan itu
kalau menyempit dia meluas, kalau meluas dia menyempit. Jadi waktu kita
kepepet disitulah letak peluang itu. Waktu kita terjepit disitulah Allah
membuka peluang.
Itulah sebabnya ketika seluruh pasukan Khandaq sedang mengepung Madinah
dan Rasulullah hanya mendapatkan sisa waktu 6 hari untuk bergerak
membangun parit dengan lebar 6 m dan dalamnya 3 meter dan harus menutupi
setengah kota madinah di tengah musim dingin. Dan yang mereka hadapi
10.000 pasukan koalisi.
Begitu tegangnya situasi ini sampai-sampai Allah menurunkan satu surat
khusus dalam Al-Quran, surat Al-Ahzab ‘partai-partai, golongan-golongan,
kekuatan-kekuatan semuanya menyatu memerangi’.
Dan luar biasa efek tekanan jiwanya bagi kaum muslimin ketika itu.
Coba perhatikan al quran melukiskan situasinya dalam bentuk lukisan fisik… (33:10-11)
wa idz zaa ghotil abshar (dan ingatlah tatkala mata kalian membelalak),wabalaghotil qulubul hanajir (dan jantung kalian sudah sampai tenggorokan),wa tadzunnuna billahidzdzununaa (dan kalian mulai menduga-duga yang buruk terhadap Allah),hunaalikab tuliyal mu’minun (ditempat itulah, di waktu itulah orang-orang mu’min diuji), wazulzilu zilzalan syadida (dan mereka digoncang segoncang-goncangnya).
Suatu saat kaum muslimin dalam penggalian parit itu menemukan batu yang
sangat besar dan tidak bisa mereka pecahkan. Akhirnya Rasulullah
mengambil kampaknya dan memukul batu karang itu, dan setiap satu pukulan
Rasulullah mengucapkan… latuftahannar ruum… (nanti Romawi pasti kita bebaskan).
Antum tahu ikhwah sekalian, dimanakah Rasulullah menjanjikan pembebasan
Romawi itu? Dan kapan situasinya Rasulullah menjanjikan pembebasan
Romawi itu? Justru ketika mereka semuanya sedang terkepung. latuftahannar ruum…!!
Jadi ikhwah sekalian, berbahagialah antum semua karena kita akan
menjalni sebuah taqdir yang lain. Bahwa apa yang tampak sebuah
keterpurukan, apa yang tampak sebagai sebuah keterjepitan, apa yang
tampak sebagai sebuah musibah sesungguhnya adalah sebuah pintu kecil
yang akan mengantarkan kita kepada jalan panjang menuju kemenangan insya
Allah.
Jadi kita harus mempertahankan harapan kita, optimisme kita, kebahagiaan
kita. Jangan pernah membiarkan orang lain membuat kita sedih, jangan
pernah membiarkan orang lain menciptakan peristiwa yang mengubah hidup
kita, jangan pernah membiarkan orang lain menentukan masa depan kita
sendiri.
Suatu saat presiden Bosnia waktu bertempur dibantai oleh Serbia, dan
saya selalu mengulang-ulangi cerita ini karena ini luar biasa
pengaruhnya bagi saya pribadi, di tahun 93-94 diwawancarai oleh majalah
News Week, tentang pembantaian dan perang Bosnia-Serbia, beliau ditanya
tentang masa depan perang Bosnia dan Serbia. Beliau mengatakan, “Yang
akan memenangkan pertempuran ini bukanlah siapa yang membunuh lebih
banyak, tapi siapa yang bisa bertahan hidup lebih lama”.
Jadi ikhwah sekalian, ini bukan tentang berapa korban yang ada dari
setipa partai. Tapi di tengah semua upaya bumi hangus ini, yang akan
memenangkan pertarungan itu nanti adalah yang bisa bertahan hidup lebih
lama. Dan insya Allah kita semua memiliki syarat-syarat kehidupan yang
lama itu.
Itu prinsip yang pertama.
PRINSIP YANG KEDUA, ikhwah sekalian, berfikirlah dengan cara yang tidak dipikirkan oleh lawan-lawan kalian.
Jangan membiarkan kalimat-kalimat para pengamat itu membentuk cara
kalian berfikir. Tapi berfikirlah dengan cara yang tidak dipikirkan oleh
para pengamat itu. Jangan biarkan komentar-komentar orang membentuk
cara kalian berfikir, tapi berfikirlah dengan cara yang tidak mereka
pikirkan. Maka kalian akan menemukan satu kekuatan karena kalian faham
cara mereka berfikir tapi mereka tidak faham cara kalian berfikir.
Itulah rahasia kejeniusan Khalid bin Walid dalam perang Yarmuk, 36.000 pasukan melawan 240.000.
Kalau antum membaca buku The Root Strategy, akar strategi, kita
akan menemukan disitu suatu fakta bahwasanya strategi perang
konvensional itu pertama-pertama diwariskan oleh orang-orang Romawi.
Orang-orang arab yang berperang melawan romawai ini tidak punya
pengalaman bertempur melawan pasukan konvensional seperti itu.
Pengalaman mereka gerilya.
Tapi Khalid bin Walid menguasai cara berfikir dan strategi perang
konvensional itu, semntara orang-orang Romawi karena sudah terlalu
terbiasa menjalani perang konvensional tidak tahu lagi cara-cara perang
gerilya. Jadi begitu Khalid mengkombinasikan antara taktik perang
gerilya dengan taktik perang konvensional, dia mempunyai satu sisi
keunggulan, yaitu taktik perang gerilya yang tidak dimiliki oleh pasukan
romawi.
Tetapi untuk melawan pasukan yang sangat besar seperti itu, ikhwah
sekalian, diperlukan suatu saat untuk melampaui ketakutan. Kenapa?
Karena begitu kaum muslimin berhadapan dengan pasukan itu, dipelrukan
waktu berapa bulan untuk saling berhadapan tapi tidak saling menyerang.
Kenapa? Karena pasukan muslimin ini juga ragu-ragu menyerang, sebab
mereka tidak pernah berhadapan dengan pasukan sebesar itu. Tapi
orang-orang Romawi juga ragu-ragu menyerang, mereka memang besar, tapi
pasukan kecil muslimin ini tidak pernah punya sejarah kalah. Jadi begitu
Khalid datang, dia membaca situasi jiwa ini, dia segera mengambil
aturan: kita gantian jadi komandan pasukan. Dan sekarang kita putuskan
kita yang akan memulai menyerang. Satu bulan persiapan, satu bulan
menyerang.
Dalam pidato penyerangan ini khalid mengatakan.. “Ya ma’syaral muslimin…
ini adalah satu hari dari sekian banyak hari-hari Allah… ikhlaskanlah
jihad kalian untuk Allah SWT.” Selanjutnya Khalid mengatakan, dan ini
yang saya garisbawahi, “Daripada kalian sibuk menghitung jumlah musuh kalian, lebih baik kalian sibuk menyembelih leher-leher musuh kalian”.
Barulah perang dimulai, dan mereka menuntaskan perang itu. Khalid
berfikir dengan cara yang tidak difikirkan oleg orang-orang Romawi.
Kalau kita ingin mengalahkan yang besar-besar, berfikirlah dengan cara
yang tidak difikirkan oleh yang besar-besar itu. Itu sebabnya saya juga
mengatakan, kalau kita ingin berfikir dengan cara yang tidak difikirkan
oleh orang lain maka kita musti punya keberanian untuk ‘menjadi
sendiri’, to state alone, untuk berdiri sendiri.
Makanya saya mencoba-coba cari inspirasi dari Gangnam style.
Tidak jelas koreografinya tapi yang jelas satu milyar yang mengklik
(youtube). Kalau dia ikuti cara Justin Timberlake mungkin tidak sperti
itu. Dan kita akan menempuh jalan-jalan yang tidak ada dalam metode
untuk memahami cara kerja parta-partai. Kita akan menempuh jalan itu,
insya allah.
Jadi ikhwah sekalian, bersiaplah untuk berbeda, bersiaplah untuk menjadi
sendiri, bersiaplah untuk tidak sama sama sekali dengan orang lain.
Siap? Siap? Siap? Allahu Akbar !!
PRINSIP YANG KETIGA, ikhwah sekalian, kita harus mempunyai mindset menyerang, bukan mindset bertahan.
Kita belajar dari khalifah pertama Abu Bakar. Begitu Rasulullah SAW
wafat, wafatnya Rasulullah ini… itu sudah masalah besar bagi kaum
muslimin, masalah kedua adalah pemilihan pemimpin.. itu juga masalah
besar bagi kaum muslimin. Tapi masalah besar ketiga muncul, yaitu
pemberontakan kaum riddah. Sementara Rasulullah punya wasiat untuk
mengirim pasukan Usamah, sehingga datanglah seluruh sahabat untuk merayu
Abu Bakar agar tidak memerangi kaum riddah, hanya mengirim pasukan
Usamah tapi tidak melakukan perang kepada kaum riddah. Tapi Abu Bakar
menjawab, “Pasukan Usamah ini harus berangkat karena ini wasiat
Rasulullah, dan semua yang sudah diwasiatkan Rasulullah harus saya
laksanakan. Adapun pasukan riddah ini juga harus kita perangi karena dia
akan mengurangi satu bagian dari ajaran Islam, siapapun yang ingin
mengurangi satu bagian ajaran Islam itu pasti akan saya perangi”. Tapi
kaum sahabat terus menerus merayu agar Abu Bakar untuk tidak melakukan
itu, bahkan yang paling kuat merayu adalah Umar bin Khathab. Sampai
sampai Abu Bakar melompat dari tempat duduknya lalu menarik janggut
Umar, “Apakah kamu akan jadi jagoan jaman jahiliyah dan jadi pengecut di
jaman Islam. Demi Allah, kalau tidak ada dari kaum muslimin yang akan
memerangi orang riddah itu kecuali hanya satu orang prajurit, maka
sayalah prajurit itu.”
Otak ekspansi… otak ekspansi… antum perhatikan… otak ekspansi.
Jadi ikhwah sekalian, kita hanya akan menang kalau didalam benak kita
setiap hari hanya ada satu kata “ekspansi”, hanya ada satu “menyerang”.
Insya Allah kita akan menang.
Jadi kalau kita punya optimisme yang besar, dan kita berfikir dengan cara yang tidak biasa, dan kita punya otak sebagai penyerang, insya Allah kita memiliki tiga prinsip untuk memenangkan pertempuran 2014, insya Allah.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Sumber : pkspiyungan.org
Posting Komentar